JURNAL_ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU
PENINGKATAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA SISWA
KELAS V
SDN 2 RAMA
KELANDUNGAN TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Frizka Ardiana Lestari
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro
Abstrak
Mathematics Learning requires the existence of
learning media that can improve student activities and learning outcomes by
actively involving students, so as to improve student learning outcomes.
Learning that prioritizes mastery of student-centered competence will provide
lessons and relevant and contextual learning experiences in real life. The
relationship between activities and student learning outcomes with mathematics
teaching aids namely that teaching aids as a tool in teaching to be effective
and attract the attention of students.
The formulation of the problem in this study is
"Can using props increase activity on mathematics subjects in fifth grade
students of SDN 2 Rama Kelandungan Academic Year 2018/2019?", "Does
using teaching aids improve learning outcomes in mathematics subjects is the
fifth grade student of SDN 2 Rama Kelandungan Academic Year 2018/2019? "
The purpose of this study is to improve the activities and student learning
outcomes in mathematics subjects using a class-class board props SDN 2 Rama
Kelandungan 2018/2019 Academic Year.
This research is a classroom action research (CAR)
conducted in two cycles each cycle consisting of three meetings. Subjects
studied were 20 students of SDN 2 Rama Kelandungan, including 11 male students
and 9 students. Data collection was carried out by researchers, namely using
test results of learning, observation, and documentation.
The results showed that the increase in the percentage
of learning activities of students in the first cycle was 41.00% and in the
second cycle was 61.11%. Increased from cycle I to cycle II by 20.11%.
Students' mastery learning increases each cycle is marked by the value in cycle
I 60.25 with the percentage of student learning completeness reaching 50% and
the value in cycle II is 72 with the percentage of completeness able to reach
75%. Increased by 25%. Based on the increase, it can be concluded that the use
of nailed board props can increase the activity and learning outcomes of fifth
grade students of SDN 2 Rama Kelandungan.
Keywords: Devotion Tools, Learning Activities, Learning Outcomes
A.
PENDAHULUAN
Matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan,
yaitu sebagai salah satu ilmu yang mendukung ilmu pengetahuan dan teknologi.
Matematika merupakan ilmu dasar yang berkaitan dengan ilmu-ilmu lainnya. Semua
ilmu yang dipelajari mengandung unsur matematika, baik itu dari bilangan
operasi yang melibatkan matematika itu sendiri. Matematika merupakan ilmu
dasar, maka matematika harus dikuasai dan dipelajari untuk lebih mudah dalam
mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya.
Berdasarkan
hasil pra survey diperoleh pada tanggal 28 september 2018 bahwa proses pembelajaran
pada mata pelajaran Matematika sering menggunakan model pembelajaran dengan
mengahafal rumus matematika tanpa menggunakan metode atau media yang membuat proses pembelajaran berjalan kurang
menarik perhatian siswa
dalam belajar serta dalam proses pembelajaran cenderung pada pencapaian target
tersampaikannya semua materi yang terdapat dalam kurikulum, bukan pemahaman
siswa terhadap materi. Sehingga dalam proses pembelajaran lebih mementingkan
penghafalan dan bukan mementingkan pemahaman siswa terhadap materi.
Banyak siswa
yang masih beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang
sulit dan menakutkan untuk dipahami, terlebih lagi suasana didalam kelas pada
proses pembelajaran yang kurang menarik, sehingga banyak siswa yang mengantuk
dan asyik mengobrol dengan teman sebangkunya. kegiatan mengajar selama ini hanya berpusat pada guru dengan
didominasi oleh metode yang kurang bervariasi dan penugasan Sehingga siswa
tidak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Kurangnya motivasi yang
siswa dapat, akibatnya hasil belajar siswa rendah dan tidak mencapai KKM dan Oleh
karena itu mata pelajaran matematika menjadi momok tersendiri dan kurang
diminati oleh siswa.[1]
Sehubungan dengan masalah diatas, dalam pembelajaran
Matematika perlu adanya media pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa dengan melibatkan siswa secara aktif, sehingga dapat
meningkatkan aktivitas hasil belajar siswa. Pembelajaran yang mengutamakan
penguasaan kompetensi berpusat pada siswa akan memberi pelajaran dan pengalaman
belajar yang relevan dan konstektual dalam kehidupan nyata. Adapun kaitan
antara aktivitas dan hasil belajar siswa dengan alat peraga mata pelajaran
matematika yakni bahwa alat peraga sebagai alat pembantu dalam mengajar agar
efektif dan menarik perhatian siswa.
Alat peraga
adalah media alat bantu pembelajaran dan segala macam benda yang digunakan
untuk memperagakan materi pembelajaran. Alat peraga lebih khusus dari media dan
teknologi pembelajaran karena berfungsi hanya untuk memperagakan materi
pembelajaran yang bersifat abstrak.[2]
Alat peraga digunakan oleh guru untuk membantu mempermudah dalam proses
pembelajaran dan mempermudah siswa dalam memahami materi.
Alat peraga
papan berpaku memungkinkan siswa untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Guru memiliki peran untuk memberikan pengarahan terhadap siswa
dalam proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan terciptanya kondisi yang
interatif dan kondusif bagi siswa, sehingga dapat meningkakan aktivitas dan
hasil belajar. Dengan pandangan tersebut dan berusaha meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa maka penulis mengangkat judul upaya meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika dengan mengunakan
alat peraga pada siswa kelas V SD 2 Rama Kelandungan tahun pelajaran 2018/2019.
B.
KERANGKA
TEORI
1.
Hasil
Belajar
“Hasil belajar merupakan hal-hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebh baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar”.[3]
Hasil belajar merupakan “proses
belajar peserta didik secara kesuluruhan, yang menjadi indikator kompetensi dasar
dan belajar perubahan perilaku yang bersangkutan”.[4]
Bukti
hasil dari belajar apabila telah “terjadinya perubahan tingkah laku seseorang,
yang tampak pada aspek-aspek seperti; aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan,
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis budi
pekerti, dan sikap.”[5]
Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam
menerima pengetahuan atau wawasan dalam suatu kegiatan belajar yang menyangkut
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam penelitian ini hasil belajar
akan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.
2.
Aktivitas Belajar
“Proses
aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik,
baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat
terjadi dengan tepat, mudah, benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.”[6]
Aktivitas dalam arti luas
yaitu “aktivitas yang bersifat fisik atau jasmani maupun mental atau rohani.
Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal”. [7]
Seseorang anak itu berpikir
sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir. Oleh
karena itu, agar anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat
sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak berpikir pada
taraf pebuatan.[8]
Berdasarkan pengertian
aktivitas di atas, peneliti berpendapat bahwa aktivitas belajar adalah suatu
kegiatan yang melibatkan seluruh aspek baik yang bersifat jasmani maupun rohani
yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3.
Matematika
“Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini
berarti bahwa proses pengajaran matematika harus bersifat duduktif. Dalam
mencari kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam apalagi
dengan ilmu pengetahuan umumnya.”[9]
“Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagaian
matematika yang dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan dan
membentuk pribadi secara terpadu pada perkembangan IPTEK.”[10]
“Matematika merupakan salah satu komponen dari
serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.”[11]
Jadi berdasarkan pengertian di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa pengertian matematika merupakan ilmu yang mempelajari
tentang bilangan, sebuah bangun (bentuk), dan konsep-konsep yang berkenaan
dengan logika dan saling berhubungan satu sama lain. Ruang lingkup matematika
adalah “segala yang berhubungan dengan angka-angka, simbol-simbol dan
perhitungan-perhitungan yang dikelompokan dalam tiga aspek yakni, bilangan,
geometri, dan pengukuran, serta penolahan data.” [12]
4.
Alat Peraga
a. Pengertian
Alat Peraga
Alat peraga
merupakan sesuatu yang mempermudah manusia mengerjakan pekerjaan. sedangkan
peraga merupakan sesuatu yang bisa diperagakan atau ditampilkan. Artinya alat
peraga dapat didefinisikan dalam sesuatu hal yang dapat diperagakan dan
mempermudah pekerjaan manusia. “sesuai dengan para pakar yang mengartikan alat
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu guru”.[13]
Alat peraga
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang
pikiran, perasaan, dan perhatian dan kemaua siswa sehingga dapat mendorong
proses belajar. Alat peraga adalah alat yang memerangkan atau mewujudkan konsep
matematika.[14]
Dari
beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa alat peraga merupakan
suatu media pembelajaran atau suatu alat bantu yang dapat diperagakan dalam menyampaikan isi materi pembelajaran agar
lebih mudah dan efektif dalam memahami konsep atau teori yang
akan disampaikan.
b. Fungsi Alat
Peraga
Dengan
melihat, meraba dan memanipulasi alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman
nyata dalam kehidupan. Adapun fungsi
dari penggunaan alat peraga yaitu:
1)
Proses belajar mengajar termotivasi. Baik siswa maupun
guru, dan terutama siswa, minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang,
tertarik dan karena itu akan bersikap positif terhadap pembelajaran matematika.
2)
Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk
konkrit dan karena itu dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada
tingkat-tingkat yang lebih rendah.
3)
Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan
benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dipahami.
4)
Konsep-konsep yang tersajikan dalam bentuk konkret
yaitu dalam bentuk model matematika yang dapat dipakai sebagai objek penelitian
maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi
bertambah banyak.[15]
5. Alat Peraga Papan Berpaku
Papan
berpaku digunakan sebagai alat bantu pengajaran matematika untuk menanamkan
konsep/pengertian geometri, seperti pengenalan bangun datar, pengenalan
keliling bangun datar, dan menentukan/menghitung luas bangun datar. Bahan dan
alat yang digunakan dalam pembuatan papan berpaku adalah triplek/papan,
gergaji, palu, paku payung, lem kayu, pilok, amplas, mistar,spidol, karet
gelang.
Gambar
Papan Berpaku
a.
Langkah-Langkah Penggunaan Alat Peraga Papan Berpaku
Langkah-langkah dalam penggunaan papan berpaku, antara
lain adalah:
1)
Letakkan papan
berpaku ini di depan kelas, bisa digantung atau disandarkan dengan benda lain.
Guru papan berpaku dilengkapi sejumlah karet gelang dengan warna-warna yang
berbeda serta dilengkapi pula dengan kertas berbintik atau kertas berpetak.
2)
Guru
mendemonstrasikan secara klasikal cara membentuk bangun datar.
3)
Kemudian
masing-masing siswa diminta untuk membentuk bangun datar sesuai dengan
kreativitas masing-masing.
4)
Siswa diminta
untuk menggambarkan hasil yang diperoleh pada kertas berrtitik atau kertas
berpetak. [16]
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang mana bertujuan untuk Peningkatkan aktivitas dan hasil
belajar kelas V pada mata pelajaran matematika,
dengan menggunakan alat peraga. Penelitian ini dilaksanakan di SD N
02 Rama Kelandungan Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas V semester genap tahun pelajaran
2018/2019 pada pembelajaran Matematika dengan
jumlah siswa 21 siswa. Siswa laki-laki sebanyak 12 siswa dan siswa
perempuan berjumlah 9. Penelitian ini berkolaborasi dengan guru Wali kelas
kelas V yaitu Eni kusfajariyah, S.Pd. dari masing-masing siswa ini memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda-beda.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2
siklus dengan menggunakan model penelitian yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto.
Dimana pada masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu, perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.[17]
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan,
maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut :
1.
Tes
hasil belajar
Tes hasil belajar adalah “ suatu tes yang mengukur
proses seseorang dalam suatu bidang sebagai proses suatu hasil belajar yang
khas, yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, sikap dan nilai”. Instrumen ini digunakan peneliti untuk mengukur
hasil belajar siswa sehubungan dengan pembelajaran matematika. Dengan hasil
belajar yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada mata
pelajaran matematika adalah 60.
2.
Observasi
Observasi adalah proses “ teknik
pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan. Dengan disertai
pencatatan-pencatatan dengan keadaan atau perilaku sasaran”.
Observasi merupakan cara yang penting
yuntuk mendapatkan informasi yang pasti tentang orang, karena apa yang
dikatakan orang belu tentu sama dengan apa yang dikerjakan.[18]
Metode ini digunakan guru yang sekaligus peneliti dan observer sebagai
kolaborator dengan menggunakan lembar observasi untuk mengobservasi kegiatan
belajar siswa dalam implementasi pembelajaran matematika dengan menggunakan
alat peraga.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah “Dokumentasi adalah
“catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang”. [19]
Dari pendapat tersebut jelas bahwa yang
dimaksud dengan dokumentasi adalah merupakan metode pengumpulan data yang
digunakan dalam suatu penelitian dengan cara mencatat suatu beberapa masalah
yang sudah didokumentasikan oleh kepala sekolah. Metode dokumentasi dalam
penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan dokumen sekolah seperti profil
sekolah,jumlah guru,nilai siswa,jumlah siswa serta keadaan sekolah.
Teknik
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini yaitu melalui data kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif ini dilakukan dalam memperoleh data dari proses pembelajaran melalui
observasi dan tes hasil belajar. Hasil observasi ini dicatat secara rinci yang
akan dilaporkan dalam bentuk persentasi aktivitas dan hasil belajar siswa.
Sedangkan Analisis kuantitatif ini akan dihitung dengan menggunakan rumus
statistik sederhana.
D. HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
SDN 2 Rama
Kelandungan adalah lembaga pendidikan untuk jenjang sekolah dasar yang
didirikan tahun 1976 yang terletak di desa Rama kelandungan 2 kecamatan Seputih
Raman kabupaten Lampung Tengah. Yang saat ini berakreditas B. SDN 2 Rama
kelandungan saat ini di pimpin oleh bapak I Made Artana, dengan 10 pegawai, 5
diantaranya PNS dan 5 honorer.
1. Hasil
Belajar Siklus I
Setelah
siswa malakukan proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga papan
berpaku selanjutnya dilakukan penilaian hasil belajar siswa. Penilaian terhadap
hasil belajar siswa ditunjukkan oleh nilai pretest dan postest diakhir siklus
yang diberikan kepada 20 siswa. Adapun data hasil belajar dapat dilihat pada
tabel 1
Tabel 1
Hasil Belajar
Siswa Siklus I
No
|
Indikator
|
Nilai Test
|
|
Pretest
|
Postest
|
||
1
|
Rata-Rata
|
27,75
|
60,25
|
2
|
Skor Tertinggi
|
50
|
100
|
3
|
Skor Terendah
|
7,5
|
37,5
|
4
|
Tingkat Ketuntasan
|
0%
|
50%
|
Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa setelah melalui
proses pembelajaran menggunakan alat peraga papan berpaku dalam siklus I dengan
tiga kali pertemuan, siswa yang tuntas mencapai 50 % pada tes akhir siklus I.
Hasil belajar siswa belum mencapai target KKM 60 dengan persentase 70%.
2. Aktivitas
siswa siklus I
Proses
pembelajaran dengan alat peraga papan berpaku, aktivitas siswa dapat diamati
dalam lembar observasi yang dapat dilihat pada tabel 2. Aktivitas siswa yang
diamati pada proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga papan berpaku
yaitu menyalin dan menggambar materi bangun datar, melakukan
percobaan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku, siswa bersemangat dan
berani maju kedepan saat melakukan percobaan membuat bangun datar pada papan
berpaku. Menanyakan materi yang belum dimengerti kepada guru, dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Observasi dilakukan pada setiap pertemuan siklus I. Adapun data aktivitas
pembelajaran siswa pada siklus I adalah:
Tabel 2
Data Persentase
Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
menggunakan alat
peraga papan berpaku
No
|
Aktivitas yang diamati
|
Pertemuan
|
Rata-Rata
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
1.
|
Menyalin dan menggambar materi bangun datar
|
43,33%
|
43,33%
|
65%
|
50,55%
|
2.
|
Melakukan percobaan
|
33,33%
|
35,00%
|
41,67%
|
36,67%
|
3.
|
Bersemangat dan berani maju kedepan
|
35,00%
|
35,00%
|
46,67%
|
38,89%
|
4.
|
Menanyakan materi yang belum dimengerti
|
40,00%
|
38,33%
|
38,33%
|
38,89%
|
5.
|
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
|
40,00%
|
40,00%
|
40,00%
|
40,00%
|
Jumlah
|
191,66%
|
191,66%
|
231,67%
|
205,00%
|
|
Rata-Rata
|
38,33%
|
38,33%
|
46,33%
|
41,00%
|
Berdasarkan
tabel 2 terlihat aktivitas belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan
dari pertemuan satu ke pertemuan lainnya, rata-rata aktivitas siswa paling
besar yaitu Menyalin dan menggambar
materi bangun datar dengan rata-rata 50,55% dan aktivitas yang paling kecil Melakukan percobaan dengan rata-rata
sebesar 36,67%.
Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan oleh observer pada
kegiatan siklus pertama ditemukan hal-hal sebagai berikut:
a)
Pada awal pertemuan beberapa siswa masih
bermalas-malasan untuk menyalin dan menggambar materi yang telah di sampaikan.
Dan menggambar bangun datarnya pun belum menggunakan penggaris jadi gambar
bangun datar belum terlihat rapi
b)
Beberapa siswa masih ada yang pasif dan
bermain-main dan tidak serius pada saat guru mendemonstrasikan dan memberikan
materi.
c)
Saat diiminta melakukan percobaan dengan
menggunakan alat peraga, siswa masih malu-malu untuk maju ke depan
d)
Beberapa Siswa mengalami kesulitan dalam
melakukan percobaan dengan papan berpaku
e)
Siswa masih enggan untuk bertanya
tentang materi yang belum di pahami
Berdasarkan
refleksi siklus I tindakan yang akan dilakukan pada siklus I yaitu:
a) Guru
memberikan pengarahan serta motivasi kepada siswa untuk menyalin dan menggambar
materi yang telah di sampaikan. Dan menggambar bangun datarnya menggunakan
penggaris agar terlihat rapi
b) Guru
memberikan teguran dan pengawasan terhadap siswa yang kurang aktif, mengobrol,
melamun, bermain-main saat guru mendemonstrasikan alat peraga.
c) Guru
lebih menekankan penjelasan materi dan merangsang siswa untuk aktif bertanya
kepada guru tentang materi yang belum dipahami siswa.
d) Memberikan
penghargaan, memotivasi kepada siswa untuk maju ke depan melakukan percobaan
dengan menggunakan alat peraga untuk lebih percaya diri.
3.
Hasil Belajar Siswa Siklus II
Penilaian
hasil belajar siswa didasarkan pada hasil belajar yang ditunjukkan berdasarkan
kemampuan kognitif siswa. Data hasil belajar siswa ditunjukkan oleh pretes dan
postes diakhir siklus yang diberikan kepada 20 siswa. Data hasil belajar dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Hasil Belajar Siklus II
No
|
Indikator
|
Nilai Test
|
|
Pretest
|
Postest
|
||
1
|
Rata-Rata
|
52,5
|
72
|
2
|
Skor Tertinggi
|
75
|
100
|
3
|
Skor Terendah
|
25
|
52,5
|
4
|
Tingkat Ketuntasan
|
42,86%
|
75%
|
Berdasarkan
Tabel 3 menunjukan bahwa terlihat bahwa setelah melalui proses pembelajaran
menggunakan alat peraga papan berpaku dalam siklus II dengan tiga kali
pertemuan, siswa yang tuntas mencapai 75% pada tes akhir siklus II. Hasil
belajar siswa telah mencapai target yaitu memenuhi KKM 60 mencapai 70%.
4. Aktivitas
siswa siklus II
Proses
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga papan berpaku, aktivitas siswa
dapat diamati dalam lembar observasi yang dapat dilihat pada tabel 4. Aktivitas
siswa yang diamati pada proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
papan berpaku yaitu menyalin dan
menggambar materi bangun datar, melakukan percobaan dengan menggunakan alat
peraga papan berpaku, siswa bersemangat dan berani maju kedepan saat melakukan
percobaan membuat bangun datar pada papan berpaku. Menanyakan materi yang belum
dimengerti kepada guru, dan menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru. Observasi dilakukan pada setiap pertemuan
siklus II. Adapun data aktivitas pembelajaran siswa pada siklus II adalah:
Tabel 4
Data Persentase Aktivitas
Belajar Siswa Siklus II
Penggunaan Alat
Peraga Papan Berpaku
No
|
Aktivitas yang diamati
|
Pertemuan
|
Rata-Rata
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
1.
|
Menyalin dan
menggambar materi bangun datar
|
71,67%
|
76,67%
|
85,00%
|
77,78%
|
2.
|
Melakukan
percobaan
|
51,67%
|
68,33%
|
83,33%
|
67,78%
|
3.
|
Bersemangat
dan berani maju kedepan
|
56,67%
|
63,33%
|
81,67%
|
67,22%
|
4.
|
Menanyakan
materi yang belum dimengerti
|
38,33%
|
41,67%
|
50,00%
|
43,33%
|
5.
|
Menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru
|
40,00%
|
46,67%
|
61,67%
|
49,45%
|
Jumlah
|
258,34%
|
296,67%
|
361,67%
|
305,56%
|
|
Rata-Rata
|
51,67%
|
59,33%
|
72,33%
|
61,11%
|
Berdasarkan tabel 4 terlihat aktivitas belajar siswa
pada siklus II mengalami peningkatan dari pertemuan satu ke pertemuan lainnya,
rata-rata aktivitas siswa paling besar yaitu menyalin dan menggambar bangun
materi bangun datar dengan rata-rata 77,78% dan aktivitas yang paling kecil adalah kemampuan siswa Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dengan rata-rata sebesar dengan rata-rata sebesar 43,33%.
Refleksi
Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II
diketahui bahwa tindakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga papan
berpaku sudah cukup baik dibandingkan dengan siklus I maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a) Siswa
lebih mudah memahami dan mengerti terhadap materi yang disampaikan oleh guru melalui
alat peraga papan berpaku.
b) Siswa
lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
c) Siswa
bersemangat dan berani dalam melakukan percobaan dengan alat peraga.
Pembahasan Hasil
Penelitian
1.
Analisis hasil belajar
Penelitian
dilakukan selama 2 siklus di setiap siklusnya terdiri dari 3 pertemuan.
Disetiap siklus di awali dengan pretest dan postest. Pada siklus I pertemuan I
siswa yang hadir sebanyak 20 siswa. Aktivitas guru pada pertemuan pertama belum optimal dalam
menggunakan alat peraga hal ini terbukti dari nilai persentase aktivitas guru
masih mencapai 73,1%. Pada pertemuan pertama ini terlihat bahwa siswa masih
malu-malu dan canggung karana belum adanya kedekatan antara guru dengan siswa.
Siswa masih banyak yang mengobrol dengan teman sebangkunya dan tak jarang juga
ada siswa yang diam pasif. Hasil pretes siklus I tidak ada siswa yang mencapai
kkm. Nilai terendah yaitu 7,5 yang diperoleh dari siswa yang bernama Safa
karena setelah dilihat dari aktivitas yang diperoleh dari pertemuan pertama,
aktivitas safa terbilang kurang karna hanya memperoleh skor 5 dan itu termasuk
kedalam kriteria kurang, sedangkan nilai tertinggi dapat diperoleh Rasyid
dengan nilai 50,00.
Pada
pertemuan ke II aktivitas guru telah mencapai 76,5 %. siswa sudah ada peningkatan keaktivan dan
antusias dalam mengikuti proses pembelajaran tetapi masih belum mencapai tujuan
yang diharapakan. Sudah ada 6 siswa yang menyalin dan menggambar materi bangun
datar dengan baik dan sudah rapi dalam menulis. Sedangkan siswa yang lainnya
masih belum rapi. Misalnya saja siswa yang bernama Vega, Tedi, Bayu dan sebelas
siswa lainnya. Mereka tidak menggunakan bantuan penggaris saat menyalin bangun
datar pada buku berpetak sehingga gambarnya pun tidak lurus.
Melakukan
percobaan dengan menggunakan alat peraga ini masih banyak siswa yang kurang
paham akan alat peraga, siswa masih bingung ketika membentuk bangun datar pada
papan berpaku. Hanya Marsudi yang dapat membuat bangun datar menggunakan papan
berpaku tanpa bantuan dari guru. Walaupun begitu tetapi siswa menunjukkan adanya
semangat dan berani untuk maju kedepan untuk melakukan percobaan dan menjawab
pertanyaan yang di ajukan oleh guru dan mengajukan pertanyaan tentang materi
bangun datar.
Pada
pertemuan ke III siklus I, sebelum Guru memberikan soal postest guru menerangakan
dan melakukan percobaan secara singkat untuk mengulang materi bangun datar yang
telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini guru sudah
mencapai 78,8%. Guru sudah menggunakan alat peraga dengan maksimal. Pada
pertemuan ini diikuti oleh 20 siswa dan sudah mengalami peningkatan. Terbukti
pada siswa yang sudah menyalin dan menggambar materi bangun datar sudah
menggunakan penggaris dan terlihat sedikit ada peningkatan kerapihan dalam
menulis. Hanya tiga siswa saja yang tidak menggunakan penggaris yang beralasan
lupa membawa. Siswa juga telah mengalami peningkatan semangat dan rasa berani
saat maju kedepan melakukan percobaan dengan menggunakan alat peraga papan
berpaku. Ada salah beberapa siswa yang sangat bersemangat langsung meju kedepan
untuk membuat bangun datar pada papan berpaku. Siswa tersebut bernama Adi dan
Marsudi. Pada saat postes dilaksanakan sudah terlihat ketenangan dan suasana
yang kondusif saat mengerjakan soal. Walaupun masih ada beberapa siswa yang
melihat buku atau bahkan ada siswa yang melihat jawaban teman sebangkunya.
Hasil postes siklus I ini telah menunjukkan peningkatan sebesar 50% dari soal
pretes sebelumnya atau 10 siswa yang telah lulus. Siswa yang lulus dengan nilai
tertinggi yaitu Indah dengan nilai 100 hal ini terbukti karena siswa yang
bernama indah ini adalah siswa yang cerdas dan dalam setiap pertemuannya
aktivitas dalam pembelajaran selalu meningkat. Sedangkan siswa yang memperoleh
nilai rendah yaitu siswi yang bernama Rizky dengan nila 37,5. Nilai pretest dan
postes siklus I terlampir halaman 146.
Selanjutnya
peneliti melanjutkan siklus II pertemuan I. Aktivitas guru semakin meningkat
karna guru telah baik dalam dalam mendemonstrasikan alat peraga. Sehingga
aktivitas guru telah mencapai 80,8%.
Seperti pada siklus I, siklus ke II juga memberikan soal pretest pada
awal pertemuan. Pada pertemuan I siklus
II ini siswa sudah kondusif dalam mengerjakan soal. Selanjutnya guru
menyampaikan materi tentang bangun datar dengan menggunakan alat peraga papan
berpaku. Pada pertemuan ini siswa sudah
memahami dan merespon penggunaan alat peraga yang digunakan guru, mereka
menyadari bahwa alat peraga sangat membantu mereka dalam mencari sifat-sifat dari bangun datar
sehingga pembelajaran lebih bermakna karena siswa dapat mengalami setiap
prosesnya dan mudah mengingatnya, akan tetapi untuk menjawab pertanyaan siswa
masih enggan karena takut salah dan masih kurang percaya diri dan tidak tahu
jawabannya.
Semangat
siswa dalam melakukan percobaan semakin meninggat dengan dibuktikan hanya
dengan tujuh siswa yang kurang bersemangat dan berani untuk melakukan percobaan
dan banyak siswa yang sudah paham akan penggunaan papan berpaku. Ada salah satu
siswa yang membuat beberapa bangun datar dengan papan berpaku dan dapat
mengidentifikasikan sifat-sifat bangun datar dengan baik dan benar. Siswa
tersebut bernama Indah.
Pertemuan
II siklus II aktivitas guru masih terbilang baik, walaupun belum ada
peningkatan persentase dari pertemuan sebelumnya yaitu 80,8%. Tetapi siswa
sudah sangat bersemangat dan sudah rapi dalam menyalin dan menggambar bangun
datar. Serta sudah banyak siswa yang sudah menjawab pertanyaan dari guru dengan
baik dan benar. Dan adanya peningkatan siswa yang ingin bertanya kepada guru
misalnya saja siswa yang bernama Fahri, dia bertanya” Diameter lingkaran itu
apa bu?”. Serta sudah banyak siswa yang benar dalam melakukan percobaan dan
menyebutkan sifat-sifat dari bangun datar. Diantaranya yaitu, Intan,Aril, Tedi,
Marsudi Dan Fahri.
Pertemuan
terakhir di siklus II ini aktivitas guru telah mencapai 86,5%. Hal ini karena
guru telah menguasai kondisi kelas dan mampu mendemonstrasikan alat peraga
secara maksimal dan dan sangat baik dalam menyampaikan kesimpulan hasil
belajar. Pada pertemuan ini juga telah menunjukkan peningkatan yang signifikan
sudah semua siswa menyalin dan menggambar bangun datar dengan rapi terbukti
dengan persentase siswa yang telah mencapai 85,00.
Pada
saat guru meminta siswa untuk maju kedepan untuk melakukan percobaan sudah
terlihat banyak siswa yang antusias bersemangat dan berani untuk melakukan
percobaan dengan papan berpaku dan tak jarang siswa berebut untuk maju. Dan
siswa sudah tidak merasa malu dan canggung untuk bertanya materi yang belum di
pahami karena sudah terjalin keakraban dan mereka sudah menjawab
pertanyaa-pertanyaan yang diajukan oleh guru dan menjawab dengan baik dan
benar. Terbukti pada persentase rata-rata aktivitas siswa yang telah mencapai
72,33% . Hasil dari nilai prostes yang dilakukan pada siklus II, siswa yang
mendapatkan nilai 100 ada dua siswi yaitu dengan nilai 100 yaitu indah dan
Intan. Hal terseut ditunjang oleh aktivitas mereka yang mencapai skor 12 pada
akhir pertemuan pada siklus II. Dan nilai terendahnya diperoleh siswa bernama
Bayu dengan nilai 52,5.
Tingkat
ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I diketahui nilai rata-rata pretest
27,75 dengan tingkat ketuntasan mencapai 0% sedangkan nilai maksimum mencapai
nilai 50 dan nilai terendah yaitu 7,5 dan nilai rata-rata postest 60,25 dengan
tingkat ketutasan mampu mencapai 50% dengan nilai tertinggi 100 dan nilai
terendahnya 37,5. Sedang kan pretest pada siklus II dapat diketahui nilai
rata-rata pretest 52,5 dengan tingkat ketuntasan mencapai 42,86 %, nilai
tertingginya mencapai nilai 75 dan nilai terendahnya 25. Lalu nilai rata-rata postest 72 mampu mencapai ketuntasan
sebesar 75%. Maka target ketuntasan hasil belajar yang diinginkan lebih dari
70% yaitu mampu mencapai 75% dengan
nilai tertinggi sebesar 100 dan nilai terendahnya 52,5 pada siklus II. Tabel
dan gambar persentase hasil belajar siklus I dan II terlampir halaman 150.
Hasil
belajar siswa kelas V SDN Rama Kelandungan
pada postest siklus pertama siswa yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu
siswi yang bernama Indah wulan sari yang mendapat nilai 100 yang sebelumnya
nilai pretest hanya mendapatkan nilai 25. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan pada hasil belajar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku.
Pada siklus kedua terdapat 2 siswa yang memperoleh nilai 100 yaitu Indah wulan
sari dan Intan lailal munnah, yang pada awalnya nilai pretest memperoleh nilai
yang sama yaitu 65. Sedangkan siswa yang nilainya rendah pada siklus I yaitu
Rizky, nilai postes siklus I mendapat nilai 37,5 dan siklus II yaitu Bayu
dengan mendapat nilai 52,5. Data hasil belajar siswa terlampir halaman 146-149.
Berdasarkan penjelasan di atas dan berdasarkan
analisis peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa
pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga papan berpaku
mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena siswa lebih mudah memahami konsep
matematika dengan mengguanakan alat peraga papan berpaku.
2.
Analisis aktivitas kegiatan pembelajaran
Hasil
penelitian data presentase kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
papan berpaku mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Data persentase
aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel dan gambar terlampir halaman 151. Data
yang telah diperoleh dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Menyalin
dan menggambar materi bangun datar
Aktivitas
siswa ketika Menyalin dan menggambar materi bangun datar pada siklus I ini sebesar 50,55%. Hal
tersebut dikarenakan beberapa siswa yang lain masih belum termotivasi untuk
belajar dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Beberapa siswa masih suka
bermain-main dan mengobrol ketika guru menjelaskan materi. Untuk meningkatkan
aktivitas tersebut guru senantiasa memberikan perhatian dan menegur siswa yang
tidak Menyalin dan menggambar materi bangun datar serta memperhatikan siswa
secara keseluruhan. Pada siklus II, aktivitas memperhatikan penjelasan guru
ketika menjelaskan materi pelajaran mencapai 77,78 % dari
siklus I ke siklus II ini mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu mencapai
27,23% dengan rata-rata 64,17%.
b. Melakukan percobaan dengan menggunakan alat peraga
papan berpaku.
Pada siklus I
aktivitas siswa dalam Melakukan
percobaan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku
sebesar 36,67%. Hal tersebut dikarenakan masih ada beberapa siswa
yang kurang memperhatikan guru saat mendemonstrasikan papan berpaku. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut guru menegur dan memberikan penjelasan serta
menjelaskan cara kerja papan berpaku kepada siswa agar dapat melakukan
percobaan dengan baik. Pada siklus ke II ini mencapai 67,78%
dan mengalami peningkatan mencapai 31,11% dengan rata-rata 52,23%
c.
Siswa
bersemangat dan berani maju kedepan saat melakukan percobaan membuat bangun
datar pada papan berpaku
Pada siklus I aktivitas siswa bersemangat dan berani
maju kedepan saat melakukan percobaan sebesar 38,89% hal
ini dikarenakan masih beberapa siswa masih merasa malu dan takut untuk maju ke
depan untuk melakukan percobaan. Siswa merasa tidak percaya diri untuk menjawab
pertanyaan dikarenakan takut salah, dalam hal ini guru selalu memberikan
motivasi kepada siswa untuk selalu berani dan percaya diri dalam menyampaikan
pendapatnya. Sehingga pada siklus II aktivitas siswa bersemangat dan berani
maju kedepan saat melakukan percobaan mencapai 67,22%
aktivitas ini mengalami peningkatan mencapai 28,33%
dengan rata-rata 53,06%
d. Menanyakan materi yang belum dimengerti kepada guru
Pada
siklus I aktivitas siswa bertanya kepada guru sebesar 38,89% rendahnya
aktivitas ini karena masih malu-malu untuk bertanya, mereka cenderung diam dan
hanya mendengarkan meskipun kurang mengerti dengan materi yang dijelaskan oleh
guru. Namun pada pertemuan-pertemuan selanjutnya siswa mulai berani bertanya
kepada guru tentang hal-hal yang belum dimengerti. Pada siklus II aktivitas ini
mencapai 43,33%, aktivitas
ini mengalami peningkatan sebesar 4,44 % dengan rata-rata
41,11%.
e. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
Pada siklus I
aktivitas siswa Menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru 40,00%. hal
ini dikarenakan siswa kurang memahami materi yang di jelaskan guru, untuk
mengatasi hal ini guru memberikan motivasi dengan cara melakukan
pendekatan kepada masing-masing siswa
dan menguatkan materi. Pada siklus II aktivitas ini mencapai 49,45%, aktivitas ini mendapatkan rata-rata 44,73% dan
mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 9,45%.
Dari hasil
penelitian dan penjelasan diatas, menunjukkan bahwa hasil belajar dan aktivitas
siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya dengan menerapkan alat peraga
papan berpaku. Peningkatan tersebut terjadi karena dengan menggunakan papan
berpaku siswa lebih terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan alat peraga papan berpaku
dapat menarik perhatian dan antusias siswa dam proses pembelajaran serta siswa
dapat secara langsung mengamati, mencoba dan berinteraksi langsung dengan alat
peraga sehingga pembelajaran lebih bermakna dan dengan menggunakan
langkah-langkah yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang
ditunjukkan dengan peningkatan persentase siswa yang telah tuntas. Alat
peraga papan berpaku membantu pengajaran matematika untuk menanamkan konsep
geometri seperti pengenalan bangun datar, papan berpaku guru sudah optimal
dalam menerapkan alat peraga dalam pembelajaran. Akan tetapidalam alat peraga
papan berpaku ini mempunyai kelemahan . diantaranya yaitu:
a. Memerlukan
waktu yang lama, karena setiap siswa secara bergantian untuk melakukan
percobaan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku.
b. Karet
yang digunakan harus banyak agar dapat dilihat oleh siswa yang duduk paling
belakang.
c. Paku
harus ditancapakan dengan kuat agar saat penggunaannya tidak lepas, dan harus
berhati-hati
d. Alat
peraga papan berpaku tidak dapat digunakan untuk mencontohkan bangun datar
lingkaran.
Berdasarkan
hasil pengamatan dengan penggunaan alat peraga papan berpaku pada mata
pelajaran matematika, menunjukkan bahwa aktivitas siswa dan hasil belajar mempunyai
hubungan dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar ini menjadi bukti bahwa
seseorang melakukan suatu kegiatan untuk mencapai hasil yangdiinginkan.
Aktivitas belajar yang baik maka siswa akan belajar lebih aktif dan pada
akhirnya target hasil belajar dapat tercapai. Hal ini di tunjukkan pada siswa
yang mendapatkan rata-rata aktivitasnya tinggi seperti, indah yang memperoleh
rata-rata 7,7 mendapatkan nilai sempurna pada postes siklus I yaitu nilai 100
dan siswa yang nilai-rata-ratanya rendah sebesar 5,3 diperoleh siswa yang
bernama Andre, Bayu, Aril, Tedi Dan Vega mendapatakan nilai yang tidak tuntas
pada soal postes siklus I. Pada siklus II siswa mengalami peningkatan aktivitas
di setiap pertemuannya dengan rata-rata aktivitas tertinggi sebesar 12,0 yang
diperoleh siswi yang bernama Indah dan disusul oleh Intan dengan perolehan
nilai 11,3 dengan perolehan rata-rata aktivitas yang tinggi nilai postes kedua
siswi ini mencapai nilai 100. Nilai postes terendah diperoleh Bayu karena
aktivitas Bayu rendah yaitu hanya sebesar 7,3. Rata-rata aktivitas siswa
terlampir halaman 145.
Dilihat dari
Persentase aktivitas siklus pertama sebesar 41,00% dapat meningkatkan hasil
belajar sebesar 50%. Dan pada siklus kedua, persentase aktivitas siswa mencapai
61,11% dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 75%. Karena pada siklus
II hasil belajar siswa yang dikatakan tuntas belajar telah mencapai kriteria
keberhasilan dalam penelitian ini, peneliti tidak merencanakan tindakan
selanjutnya. Hipotesis peneliti yang berbunyi “penggunaan alat peraga papan
berpaku dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika siswa kelas V SDN 2 Rama Kelandungan tahun pelajaran
2018/2019.” Teruji.
E.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian tindakan kelas
dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga papan berpaku
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran matematika kelas V SDN 2 Rama Kelandungan.
1. Penggunaan
alat peraga papan berpaku dapat meningkatkan aktivitas siswa. Terbukti pada
siklus I sebesar 41,00% dan pada siklus II sebesar 61,11 %. Mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 20,11%.
2. Penggunaan
alat peraga papan berpaku dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini di
buktikan dengan nilai pada siklus I 60,25
dengan presentase ketuntasan belajar siswa mencapai 50% dan nilai pada siklus
II sebesar 72 dengan presentase ketuntasan
mampu mencapai 75%. Mengalami peningkatan sebesar 25%.
F.
DAFTAR
PUSTAKA
Suprijono, Agus. Cooperative Learning (Teori Dan Aplikasi PAIKEM).Yogyakarta:Pustaka
Pelajar,2017.
Arsyad,
Azhar.Media Pembelajaran.Jakarta: PT
Raja Gafindo Persada, 2013.
Dimyati
dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:
Rienika Cipta, 2009.
Mulyasa, E. Kurikulum
Yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. Konsep
Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Reflika Adiatma,2009.
Indriyastuti,
Indriyastuti. Matematika. Solo:PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2015.
Hasan , M.Iqbal. Pokok-pokok Materi
Statistik I. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Thabroni,
Muhammmad, Arif Mustafa. Belajar Dan
Pembelajaran (Pengembangan Wacana Dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan
Nasional. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2013
Abdurrahman, Mulyono. Anak Bekesulitan Belajar (Teori Diagnosis,
Dan Remediasinya).Jakarta: Rineka Cipta, 2012
Sujana, Nana. Cara Siswa Belajar Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar Baru, 2010
Hamalik,
Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Jannah, Raodatul., Membuat Anak Cinta Matematika Dan Eksak Lainnya. Jogjakarta: Diva
Press 2011
Sudayana, Rostina. Media Dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika.Bandung:Alfabeta,2016
-------. Media Dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika. Bandung:Alfabeta,2013
Sadirman, Sadirman. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012
Annisah,
Siti. Metode Pembelajran Matematika Di MI . Metro:STAIN,
2009
Sugiono,
Sugiono. Metode Penelitian Kombinasi
(Mixed Methods).Bandung: Alfabeta:2016
Arikunto,
Suharsimi,Dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2012
-------.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik,Jakarta: PT Rineka Cipta,2010
Suryabrata,
Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008
Tusriyanto, Tusriyanto. Pembelajaran
IPS di SD/MI Kajian Teoritis dan Praktis. Metro Lampung: STAIN Jurai Siwo
Metro, 2014
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Permada Media Group, 2009
[1]
Hasil observasi pembelajaran matematika siswa V Sdn 2 Rama Kelandungan, tanggal 28 september
2018
[2] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,( Jakarta: PT Raja
Gafindo Persada, 2013), h.9
[3] Ibid.,h.250-251
[4] E. Mulyasa, Kurikulum Yang
Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar,(
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 248
[5]Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004), h.30
[6] Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana,
Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Reflika Adiatma, 2009), h.
23.
[7] Sadirman, Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 100
[8] Ibid.
[9] Siti Annisah, Metode Pembelajran Matematika Di Mi,(Metro:STAIN,
2009), h.4
[10] Ibid,h. 25
[11] Rostina Sudayana, Media Dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran
Matematika,(Bandung:Alfabeta,2016),h.2
[12] Siti Annisah, Metode Pembelajaran Matematika Di MI ,(Metro:STAIN, 2009), h.30
[13] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta:Kencana
Permada Media Group, 2009),h. 175
[14] Rostina Sudayana, Media Dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran
Matematika,(Bandung:Alfabeta,2016),h.7
[15] Siti Annisah, Metode Pembelajran Matematika Di MI ,(Metro:STAIN, 2009), h.165
[16] Ibid.,h.126-127
[18] Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods),(Bandung:
Alfabeta:2016),h. 197
Komentar
Posting Komentar