filsaat ilmu pengetahuan
Mencari sebuah kebenaran
Manusia adalah mahluk
multidiensional yang serba unik dalam diri manusia. Terdapat rahasia yang tak
pernah terungkap secara tuntas. Atas dasar semuanya ini pula, maka manusia
menyandang beragam predikat. Para pakar dari berbagai disiplin ilmu menyebut manusia
dengan beragam nama seperti phitecanopus
erectus, homo erecus, dan homo economicus. Sebutan lainnya yang juga
dialamatkan kepada manusia adalah animale rationale, animale symboricum, homo
recentis homo valens. Tesis-tesis kejiwaan ini menyatu sebagai homo
mensura(mahluk penilai). Kemudan homo mensura dan homo faber menyatu sebagai
homo educandum(Abd. Halim Soebahar,2002:32).
Diantara keunikan yang khusus yang
dimiliki manusia adalah kemampuan berfikir dan rasa ingin tahu. Dengan adanya
rasa ingin tahu ini manusia terdorong untuk terus bertanya tentang diri dan apa-apa yang ada di sekelilingnya.
Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk terus berkelana dengan pikirannya, guna
menemukan jawaban mengenaisetap persoalan yang dihadapinya. Terus berfikir,
hingga mampu menemukan jawaban yang diangapnya benar. Kebenaran bukanlah
sesuatu yang ada dalam kesadaran kita sejak lahir. Kesadaran terhadap kebenaran
yang harus dicari oleh setiap manusia. Manusia yang memiliki tanggung jawab
terhadap hidupnya dan hidup orang lain tentu memerlukan kebenaran ( Jakoob
Soemardjo, 2000:3).
Prosesnya cukup lama dan panjang.
Begitu seorang manusia menemukan kesadaran, dia menuntut dirnya untuk hidup
dalam apa yang disebutnya kebenaran. Apa yang benar bagi seseorang adalah apa
yang sesuai dengan kesadarannya, yang disetujuinya, yang dianggapnya baik,yang dianggapnya punya nilai, yang
dapat djadikan pegangan dalam bertindak. Kebenaran adalah sesuatu yang kita
katakan “ya” kepadanya. (Jakoob Soemardjo,2000:3). Sesuatu yang sejalan dengan
pemikian kita. Apapun yang menurut pendapat kita adalah benar. Seterusnya
dikemukakan oleh yakoob soemardjo bahwa didalam sejarah umat manusia dikenal
sejumlah lembaga kebenaranyang biasa kita dikenal sebagai agama, ilmu, filsafat, dan seni.
Lembaga kebenaran filsafat alatnya adalah nalar, logika manusia yang bersifat
espekulatif. Tujuannya adalah mencapai kebenaran yang bersifat mendasar dan
menyeluruh dalam konseptual.
Ciri-ciri lembaga kebenaran adalah
konseptual, logis, universal, mendasar, menyeluruh “mutlak” dan langgeng.
Sejarah lembaga kebenaran ini sudah dimulai sejak zaman yunani kuno, india
kuno, cina kuno, dan dijumpai diberbagai pusat peradaban purba manusia(Jakoob Soemardjo:3-5). Penjelasan ini menunjukkan bahea perjalanana manusia untuk mencari
kebanaran itu sudah cukup panjang.
Komentar
Posting Komentar