JURNAL_ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU


PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA SISWA KELAS V
SDN 2 RAMA KELANDUNGAN TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Frizka Ardiana Lestari
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro

Abstrak

Mathematics Learning requires the existence of learning media that can improve student activities and learning outcomes by actively involving students, so as to improve student learning outcomes. Learning that prioritizes mastery of student-centered competence will provide lessons and relevant and contextual learning experiences in real life. The relationship between activities and student learning outcomes with mathematics teaching aids namely that teaching aids as a tool in teaching to be effective and attract the attention of students.
The formulation of the problem in this study is "Can using props increase activity on mathematics subjects in fifth grade students of SDN 2 Rama Kelandungan Academic Year 2018/2019?", "Does using teaching aids improve learning outcomes in mathematics subjects is the fifth grade student of SDN 2 Rama Kelandungan Academic Year 2018/2019? " The purpose of this study is to improve the activities and student learning outcomes in mathematics subjects using a class-class board props SDN 2 Rama Kelandungan 2018/2019 Academic Year.
This research is a classroom action research (CAR) conducted in two cycles each cycle consisting of three meetings. Subjects studied were 20 students of SDN 2 Rama Kelandungan, including 11 male students and 9 students. Data collection was carried out by researchers, namely using test results of learning, observation, and documentation.
The results showed that the increase in the percentage of learning activities of students in the first cycle was 41.00% and in the second cycle was 61.11%. Increased from cycle I to cycle II by 20.11%. Students' mastery learning increases each cycle is marked by the value in cycle I 60.25 with the percentage of student learning completeness reaching 50% and the value in cycle II is 72 with the percentage of completeness able to reach 75%. Increased by 25%. Based on the increase, it can be concluded that the use of nailed board props can increase the activity and learning outcomes of fifth grade students of SDN 2 Rama Kelandungan.
Keywords: Devotion Tools, Learning Activities, Learning Outcomes


A.      PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, yaitu sebagai salah satu ilmu yang mendukung ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika merupakan ilmu dasar yang berkaitan dengan ilmu-ilmu lainnya. Semua ilmu yang dipelajari mengandung unsur matematika, baik itu dari bilangan operasi yang melibatkan matematika itu sendiri. Matematika merupakan ilmu dasar, maka matematika harus dikuasai dan dipelajari untuk lebih mudah dalam mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya.
Berdasarkan hasil pra survey diperoleh pada tanggal 28 september 2018 bahwa proses pembelajaran pada mata pelajaran Matematika sering menggunakan model pembelajaran dengan mengahafal rumus matematika tanpa menggunakan metode atau media yang  membuat proses pembelajaran berjalan kurang menarik perhatian siswa dalam belajar serta dalam proses pembelajaran cenderung pada pencapaian target tersampaikannya semua materi yang terdapat dalam kurikulum, bukan pemahaman siswa terhadap materi. Sehingga dalam proses pembelajaran lebih mementingkan penghafalan dan bukan mementingkan pemahaman siswa terhadap materi.
Banyak siswa yang masih beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan menakutkan untuk dipahami, terlebih lagi suasana didalam kelas pada proses pembelajaran yang kurang menarik, sehingga banyak siswa yang mengantuk dan asyik mengobrol dengan teman sebangkunya. kegiatan mengajar selama ini hanya berpusat pada guru dengan didominasi oleh metode yang kurang bervariasi dan penugasan Sehingga siswa tidak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Kurangnya motivasi yang siswa dapat, akibatnya hasil belajar siswa rendah dan tidak mencapai KKM dan Oleh karena itu mata pelajaran matematika menjadi momok tersendiri dan kurang diminati oleh siswa.[1]
Sehubungan dengan masalah diatas, dalam pembelajaran Matematika perlu adanya media pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan melibatkan siswa secara aktif, sehingga dapat meningkatkan aktivitas hasil belajar siswa. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi berpusat pada siswa akan memberi pelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan konstektual dalam kehidupan nyata. Adapun kaitan antara aktivitas dan hasil belajar siswa dengan alat peraga mata pelajaran matematika yakni bahwa alat peraga sebagai alat pembantu dalam mengajar agar efektif dan menarik perhatian siswa.
Alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran dan segala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pembelajaran. Alat peraga lebih khusus dari media dan teknologi pembelajaran karena berfungsi hanya untuk memperagakan materi pembelajaran yang bersifat abstrak.[2] Alat peraga digunakan oleh guru untuk membantu mempermudah dalam proses pembelajaran dan mempermudah siswa dalam memahami materi.
Alat peraga papan berpaku memungkinkan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Guru memiliki peran untuk memberikan pengarahan terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan terciptanya kondisi yang interatif dan kondusif bagi siswa, sehingga dapat meningkakan aktivitas dan hasil belajar. Dengan pandangan tersebut dan berusaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa maka penulis mengangkat judul upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika dengan mengunakan alat peraga pada siswa kelas V SD 2 Rama Kelandungan tahun pelajaran 2018/2019.
B.       KERANGKA TEORI
1.    Hasil Belajar
“Hasil belajar merupakan hal-hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebh baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar”.[3]
Hasil belajar merupakan “proses belajar peserta didik secara kesuluruhan, yang menjadi indikator kompetensi dasar dan belajar perubahan perilaku yang bersangkutan”.[4]
Bukti hasil dari belajar apabila telah “terjadinya perubahan tingkah laku seseorang, yang tampak pada aspek-aspek seperti; aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis budi pekerti, dan sikap.”[5]
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam menerima pengetahuan atau wawasan dalam suatu kegiatan belajar yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam penelitian ini hasil belajar akan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.
2.    Aktivitas Belajar
“Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi dengan tepat, mudah, benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.”[6]
Aktivitas dalam arti luas yaitu “aktivitas yang bersifat fisik atau jasmani maupun mental atau rohani. Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal”. [7]
Seseorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir. Oleh karena itu, agar anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak berpikir pada taraf pebuatan.[8]
Berdasarkan pengertian aktivitas di atas, peneliti berpendapat bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan seluruh aspek baik yang bersifat jasmani maupun rohani yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3.    Matematika
“Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini berarti bahwa proses pengajaran matematika harus bersifat duduktif. Dalam mencari kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam apalagi dengan ilmu pengetahuan umumnya.”[9]
“Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagaian matematika yang dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi secara terpadu pada perkembangan IPTEK.”[10]
“Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.”[11]
Jadi berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pengertian matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bilangan, sebuah bangun (bentuk), dan konsep-konsep yang berkenaan dengan logika dan saling berhubungan satu sama lain. Ruang lingkup matematika adalah “segala yang berhubungan dengan angka-angka, simbol-simbol dan perhitungan-perhitungan yang dikelompokan dalam tiga aspek yakni, bilangan, geometri, dan pengukuran, serta penolahan data.” [12]
4.    Alat Peraga
a.    Pengertian Alat Peraga
Alat peraga merupakan sesuatu yang mempermudah manusia mengerjakan pekerjaan. sedangkan peraga merupakan sesuatu yang bisa diperagakan atau ditampilkan. Artinya alat peraga dapat didefinisikan dalam sesuatu hal yang dapat diperagakan dan mempermudah pekerjaan manusia. “sesuai dengan para pakar yang mengartikan alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu guru”.[13]
Alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan, dan perhatian dan kemaua siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Alat peraga adalah alat yang memerangkan atau mewujudkan konsep matematika.[14]
Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa alat peraga merupakan suatu media pembelajaran atau suatu alat bantu yang dapat diperagakan dalam menyampaikan isi materi pembelajaran agar lebih mudah dan efektif dalam memahami konsep atau teori yang akan disampaikan.
b.    Fungsi Alat Peraga
Dengan melihat, meraba dan memanipulasi alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman nyata dalam kehidupan. Adapun fungsi dari penggunaan alat peraga yaitu:
1)   Proses belajar mengajar termotivasi. Baik siswa maupun guru, dan terutama siswa, minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang, tertarik dan karena itu akan bersikap positif terhadap pembelajaran matematika.
2)   Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkrit dan karena itu dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah.
3)   Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dipahami.
4)   Konsep-konsep yang tersajikan dalam bentuk konkret yaitu dalam bentuk model matematika yang dapat dipakai sebagai objek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak.[15]
5.    Alat Peraga Papan Berpaku
Papan berpaku digunakan sebagai alat bantu pengajaran matematika untuk menanamkan konsep/pengertian geometri, seperti pengenalan bangun datar, pengenalan keliling bangun datar, dan menentukan/menghitung luas bangun datar. Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan papan berpaku adalah triplek/papan, gergaji, palu, paku payung, lem kayu, pilok, amplas, mistar,spidol, karet gelang.
Gambar
Papan Berpaku
a.    Langkah-Langkah Penggunaan Alat Peraga Papan Berpaku
Langkah-langkah dalam penggunaan papan berpaku, antara lain adalah:
1)   Letakkan papan berpaku ini di depan kelas, bisa digantung atau disandarkan dengan benda lain. Guru papan berpaku dilengkapi sejumlah karet gelang dengan warna-warna yang berbeda serta dilengkapi pula dengan kertas berbintik atau kertas berpetak.
2)   Guru mendemonstrasikan secara klasikal cara membentuk bangun datar.
3)   Kemudian masing-masing siswa diminta untuk membentuk bangun datar sesuai dengan kreativitas masing-masing.
4)   Siswa diminta untuk menggambarkan hasil yang diperoleh pada kertas berrtitik atau kertas berpetak. [16]
C.      METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mana bertujuan untuk Peningkatkan aktivitas dan hasil belajar kelas V  pada mata pelajaran matematika, dengan menggunakan alat peraga. Penelitian ini dilaksanakan di SD N 02 Rama Kelandungan Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2018/2019 pada pembelajaran Matematika dengan  jumlah siswa 21 siswa. Siswa laki-laki sebanyak 12 siswa dan siswa perempuan berjumlah 9. Penelitian ini berkolaborasi dengan guru Wali kelas kelas V yaitu Eni kusfajariyah, S.Pd. dari masing-masing siswa ini memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dengan menggunakan model penelitian yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto. Dimana pada masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.[17]
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1.    Tes hasil belajar
Tes hasil belajar adalah “ suatu tes yang mengukur proses seseorang dalam suatu bidang sebagai proses suatu hasil belajar yang khas, yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai”. Instrumen ini digunakan peneliti untuk mengukur hasil belajar siswa sehubungan dengan pembelajaran matematika. Dengan hasil belajar yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada mata pelajaran matematika adalah 60.
2.    Observasi
Observasi adalah proses “ teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan. Dengan disertai pencatatan-pencatatan dengan keadaan atau perilaku sasaran”.
Observasi merupakan cara yang penting yuntuk mendapatkan informasi yang pasti tentang orang, karena apa yang dikatakan orang belu tentu sama dengan apa yang dikerjakan.[18] Metode ini digunakan guru yang sekaligus peneliti dan observer sebagai kolaborator dengan menggunakan lembar observasi untuk mengobservasi kegiatan belajar siswa dalam implementasi pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga.
3.    Dokumentasi
Dokumentasi adalah “Dokumentasi adalah “catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”. [19]
Dari pendapat tersebut jelas bahwa yang dimaksud dengan dokumentasi adalah merupakan metode pengumpulan data yang digunakan dalam suatu penelitian dengan cara mencatat suatu beberapa masalah yang sudah didokumentasikan oleh kepala sekolah. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan dokumen sekolah seperti profil sekolah,jumlah guru,nilai siswa,jumlah siswa serta keadaan sekolah.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu melalui data kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif ini dilakukan dalam memperoleh data dari proses pembelajaran melalui observasi dan tes hasil belajar. Hasil observasi ini dicatat secara rinci yang akan dilaporkan dalam bentuk persentasi aktivitas dan hasil belajar siswa. Sedangkan Analisis kuantitatif ini akan dihitung dengan menggunakan rumus statistik sederhana.
D.      HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
SDN 2 Rama Kelandungan adalah lembaga pendidikan untuk jenjang sekolah dasar yang didirikan tahun 1976 yang terletak di desa Rama kelandungan 2 kecamatan Seputih Raman kabupaten Lampung Tengah. Yang saat ini berakreditas B. SDN 2 Rama kelandungan saat ini di pimpin oleh bapak I Made Artana, dengan 10 pegawai, 5 diantaranya PNS dan 5 honorer.
1.    Hasil Belajar Siklus I
Setelah siswa malakukan proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga papan berpaku selanjutnya dilakukan penilaian hasil belajar siswa. Penilaian terhadap hasil belajar siswa ditunjukkan oleh nilai pretest dan postest diakhir siklus yang diberikan kepada 20 siswa. Adapun data hasil belajar dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1
Hasil Belajar Siswa Siklus I
No
Indikator
Nilai Test
Pretest
Postest
1
Rata-Rata
27,75
60,25
2
Skor Tertinggi
50
100
3
Skor Terendah
7,5
37,5
4
Tingkat Ketuntasan
0%
50%


Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa setelah melalui proses pembelajaran menggunakan alat peraga papan berpaku dalam siklus I dengan tiga kali pertemuan, siswa yang tuntas mencapai 50 % pada tes akhir siklus I. Hasil belajar siswa belum mencapai target KKM 60 dengan persentase 70%.
2.      Aktivitas siswa siklus I
Proses pembelajaran dengan alat peraga papan berpaku, aktivitas siswa dapat diamati dalam lembar observasi yang dapat dilihat pada tabel 2. Aktivitas siswa yang diamati pada proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga papan berpaku yaitu menyalin dan menggambar materi bangun datar, melakukan percobaan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku, siswa bersemangat dan berani maju kedepan saat melakukan percobaan membuat bangun datar pada papan berpaku. Menanyakan materi yang belum dimengerti kepada guru, dan  menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Observasi dilakukan pada setiap pertemuan siklus I. Adapun data aktivitas pembelajaran siswa pada siklus I adalah:
Tabel 2
Data Persentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
menggunakan alat peraga papan berpaku

No
Aktivitas yang diamati
Pertemuan
Rata-Rata
I
II
III
1.
Menyalin dan menggambar materi bangun datar
43,33%
43,33%
65%
50,55%
2.
Melakukan percobaan
33,33%
35,00%
41,67%
36,67%
3.
Bersemangat dan berani maju kedepan
35,00%
35,00%
46,67%
38,89%
4.
Menanyakan materi yang belum dimengerti
40,00%
38,33%
38,33%
38,89%
5.
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
40,00%
40,00%
40,00%
40,00%
Jumlah
191,66%
191,66%
231,67%
205,00%
Rata-Rata
38,33%
38,33%
46,33%
41,00%
                                                                                                       
Berdasarkan tabel 2 terlihat aktivitas belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan dari pertemuan satu ke pertemuan lainnya, rata-rata aktivitas siswa paling besar yaitu Menyalin dan menggambar materi bangun datar dengan rata-rata 50,55% dan aktivitas yang paling kecil Melakukan percobaan dengan rata-rata sebesar 36,67%.
Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan oleh observer pada kegiatan siklus pertama ditemukan hal-hal sebagai berikut:
a)         Pada awal pertemuan beberapa siswa masih bermalas-malasan untuk menyalin dan menggambar materi yang telah di sampaikan. Dan menggambar bangun datarnya pun belum menggunakan penggaris jadi gambar bangun datar belum terlihat rapi
b)        Beberapa siswa masih ada yang pasif dan bermain-main dan tidak serius pada saat guru mendemonstrasikan dan memberikan materi.
c)         Saat diiminta melakukan percobaan dengan menggunakan alat peraga, siswa masih malu-malu untuk maju ke depan
d)        Beberapa Siswa mengalami kesulitan dalam melakukan percobaan dengan papan berpaku
e)         Siswa masih enggan untuk bertanya tentang materi yang belum di pahami
Berdasarkan refleksi siklus I tindakan yang akan dilakukan pada siklus I yaitu:
a)    Guru memberikan pengarahan serta motivasi kepada siswa untuk menyalin dan menggambar materi yang telah di sampaikan. Dan menggambar bangun datarnya menggunakan penggaris agar terlihat rapi
b)   Guru memberikan teguran dan pengawasan terhadap siswa yang kurang aktif, mengobrol, melamun, bermain-main saat guru mendemonstrasikan alat peraga.
c)    Guru lebih menekankan penjelasan materi dan merangsang siswa untuk aktif bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami siswa.
d)   Memberikan penghargaan, memotivasi kepada siswa untuk maju ke depan melakukan percobaan dengan menggunakan alat peraga untuk lebih percaya diri.
3.    Hasil Belajar Siswa Siklus II
Penilaian hasil belajar siswa didasarkan pada hasil belajar yang ditunjukkan berdasarkan kemampuan kognitif siswa. Data hasil belajar siswa ditunjukkan oleh pretes dan postes diakhir siklus yang diberikan kepada 20 siswa. Data hasil belajar dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Hasil Belajar Siklus II
No
Indikator
Nilai Test
Pretest
Postest
1
Rata-Rata
52,5
72
2
Skor Tertinggi
75
100
3
Skor Terendah
25
52,5
4
Tingkat Ketuntasan
42,86%
75%

Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa terlihat bahwa setelah melalui proses pembelajaran menggunakan alat peraga papan berpaku dalam siklus II dengan tiga kali pertemuan, siswa yang tuntas mencapai 75% pada tes akhir siklus II. Hasil belajar siswa telah mencapai target yaitu memenuhi KKM 60 mencapai 70%.
4.    Aktivitas siswa siklus II
Proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga papan berpaku, aktivitas siswa dapat diamati dalam lembar observasi yang dapat dilihat pada tabel 4. Aktivitas siswa yang diamati pada proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga papan berpaku yaitu menyalin dan menggambar materi bangun datar, melakukan percobaan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku, siswa bersemangat dan berani maju kedepan saat melakukan percobaan membuat bangun datar pada papan berpaku. Menanyakan materi yang belum dimengerti kepada guru, dan  menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Observasi dilakukan pada setiap pertemuan siklus II. Adapun data aktivitas pembelajaran siswa pada siklus II adalah:
Tabel 4
Data Persentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Penggunaan Alat Peraga Papan Berpaku

No
Aktivitas yang diamati
Pertemuan
Rata-Rata
I
II
III
1.
Menyalin dan menggambar materi bangun datar
71,67%
76,67%
85,00%
77,78%
2.
Melakukan percobaan
51,67%
68,33%
83,33%
67,78%
3.
Bersemangat dan berani maju kedepan
56,67%
63,33%
81,67%
67,22%
4.
Menanyakan materi yang belum dimengerti
38,33%
41,67%
50,00%
43,33%
5.
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
40,00%
46,67%
61,67%
49,45%
Jumlah
258,34%
296,67%
361,67%
305,56%
Rata-Rata
51,67%
59,33%
72,33%
61,11%

Berdasarkan tabel 4 terlihat aktivitas belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dari pertemuan satu ke pertemuan lainnya, rata-rata aktivitas siswa paling besar yaitu menyalin dan menggambar bangun materi bangun datar dengan rata-rata 77,78% dan aktivitas yang paling kecil adalah kemampuan siswa Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dengan rata-rata sebesar dengan rata-rata sebesar 43,33%.
Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II diketahui bahwa tindakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga papan berpaku sudah cukup baik dibandingkan dengan siklus I maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a)    Siswa lebih mudah memahami dan mengerti terhadap materi yang disampaikan oleh guru melalui alat peraga papan berpaku.
b)   Siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
c)    Siswa bersemangat dan berani dalam melakukan percobaan dengan alat peraga.
Pembahasan Hasil Penelitian
1.         Analisis hasil belajar
Penelitian dilakukan selama 2 siklus di setiap siklusnya terdiri dari 3 pertemuan. Disetiap siklus di awali dengan pretest dan postest. Pada siklus I pertemuan I siswa yang hadir sebanyak 20 siswa. Aktivitas guru  pada pertemuan pertama belum optimal dalam menggunakan alat peraga hal ini terbukti dari nilai persentase aktivitas guru masih mencapai 73,1%. Pada pertemuan pertama ini terlihat bahwa siswa masih malu-malu dan canggung karana belum adanya kedekatan antara guru dengan siswa. Siswa masih banyak yang mengobrol dengan teman sebangkunya dan tak jarang juga ada siswa yang diam pasif. Hasil pretes siklus I tidak ada siswa yang mencapai kkm. Nilai terendah yaitu 7,5 yang diperoleh dari siswa yang bernama Safa karena setelah dilihat dari aktivitas yang diperoleh dari pertemuan pertama, aktivitas safa terbilang kurang karna hanya memperoleh skor 5 dan itu termasuk kedalam kriteria kurang, sedangkan nilai tertinggi dapat diperoleh Rasyid dengan nilai 50,00.
Pada pertemuan ke II aktivitas guru telah mencapai 76,5 %.  siswa sudah ada peningkatan keaktivan dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran tetapi masih belum mencapai tujuan yang diharapakan. Sudah ada 6 siswa yang menyalin dan menggambar materi bangun datar dengan baik dan sudah rapi dalam menulis. Sedangkan siswa yang lainnya masih belum rapi. Misalnya saja siswa yang bernama Vega, Tedi, Bayu dan sebelas siswa lainnya. Mereka tidak menggunakan bantuan penggaris saat menyalin bangun datar pada buku berpetak sehingga gambarnya pun tidak lurus.
Melakukan percobaan dengan menggunakan alat peraga ini masih banyak siswa yang kurang paham akan alat peraga, siswa masih bingung ketika membentuk bangun datar pada papan berpaku. Hanya Marsudi yang dapat membuat bangun datar menggunakan papan berpaku tanpa bantuan dari guru. Walaupun begitu tetapi siswa menunjukkan adanya semangat dan berani untuk maju kedepan untuk melakukan percobaan dan menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh guru dan mengajukan pertanyaan tentang materi bangun datar.
Pada pertemuan ke III siklus I, sebelum Guru memberikan soal postest guru menerangakan dan melakukan percobaan secara singkat untuk mengulang materi bangun datar yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini guru sudah mencapai 78,8%. Guru sudah menggunakan alat peraga dengan maksimal. Pada pertemuan ini diikuti oleh 20 siswa dan sudah mengalami peningkatan. Terbukti pada siswa yang sudah menyalin dan menggambar materi bangun datar sudah menggunakan penggaris dan terlihat sedikit ada peningkatan kerapihan dalam menulis. Hanya tiga siswa saja yang tidak menggunakan penggaris yang beralasan lupa membawa. Siswa juga telah mengalami peningkatan semangat dan rasa berani saat maju kedepan melakukan percobaan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku. Ada salah beberapa siswa yang sangat bersemangat langsung meju kedepan untuk membuat bangun datar pada papan berpaku. Siswa tersebut bernama Adi dan Marsudi. Pada saat postes dilaksanakan sudah terlihat ketenangan dan suasana yang kondusif saat mengerjakan soal. Walaupun masih ada beberapa siswa yang melihat buku atau bahkan ada siswa yang melihat jawaban teman sebangkunya. Hasil postes siklus I ini telah menunjukkan peningkatan sebesar 50% dari soal pretes sebelumnya atau 10 siswa yang telah lulus. Siswa yang lulus dengan nilai tertinggi yaitu Indah dengan nilai 100 hal ini terbukti karena siswa yang bernama indah ini adalah siswa yang cerdas dan dalam setiap pertemuannya aktivitas dalam pembelajaran selalu meningkat. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai rendah yaitu siswi yang bernama Rizky dengan nila 37,5. Nilai pretest dan postes siklus I terlampir halaman 146.
Selanjutnya peneliti melanjutkan siklus II pertemuan I. Aktivitas guru semakin meningkat karna guru telah baik dalam dalam mendemonstrasikan alat peraga. Sehingga aktivitas guru telah mencapai 80,8%.  Seperti pada siklus I, siklus ke II juga memberikan soal pretest pada awal pertemuan.  Pada pertemuan I siklus II ini siswa sudah kondusif dalam mengerjakan soal. Selanjutnya guru menyampaikan materi tentang bangun datar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku. Pada pertemuan ini  siswa sudah memahami dan merespon penggunaan alat peraga yang digunakan guru, mereka menyadari bahwa alat peraga sangat membantu mereka  dalam mencari sifat-sifat dari bangun datar sehingga pembelajaran lebih bermakna karena siswa dapat mengalami setiap prosesnya dan mudah mengingatnya, akan tetapi untuk menjawab pertanyaan siswa masih enggan karena takut salah dan masih kurang percaya diri dan tidak tahu jawabannya.
Semangat siswa dalam melakukan percobaan semakin meninggat dengan dibuktikan hanya dengan tujuh siswa yang kurang bersemangat dan berani untuk melakukan percobaan dan banyak siswa yang sudah paham akan penggunaan papan berpaku. Ada salah satu siswa yang membuat beberapa bangun datar dengan papan berpaku dan dapat mengidentifikasikan sifat-sifat bangun datar dengan baik dan benar. Siswa tersebut bernama Indah.
Pertemuan II siklus II aktivitas guru masih terbilang baik, walaupun belum ada peningkatan persentase dari pertemuan sebelumnya yaitu 80,8%. Tetapi siswa sudah sangat bersemangat dan sudah rapi dalam menyalin dan menggambar bangun datar. Serta sudah banyak siswa yang sudah menjawab pertanyaan dari guru dengan baik dan benar. Dan adanya peningkatan siswa yang ingin bertanya kepada guru misalnya saja siswa yang bernama Fahri, dia bertanya” Diameter lingkaran itu apa bu?”. Serta sudah banyak siswa yang benar dalam melakukan percobaan dan menyebutkan sifat-sifat dari bangun datar. Diantaranya yaitu, Intan,Aril, Tedi, Marsudi Dan Fahri.
Pertemuan terakhir di siklus II ini aktivitas guru telah mencapai 86,5%. Hal ini karena guru telah menguasai kondisi kelas dan mampu mendemonstrasikan alat peraga secara maksimal dan dan sangat baik dalam menyampaikan kesimpulan hasil belajar. Pada pertemuan ini juga telah menunjukkan peningkatan yang signifikan sudah semua siswa menyalin dan menggambar bangun datar dengan rapi terbukti dengan persentase siswa yang telah mencapai 85,00. 
Pada saat guru meminta siswa untuk maju kedepan untuk melakukan percobaan sudah terlihat banyak siswa yang antusias bersemangat dan berani untuk melakukan percobaan dengan papan berpaku dan tak jarang siswa berebut untuk maju. Dan siswa sudah tidak merasa malu dan canggung untuk bertanya materi yang belum di pahami karena sudah terjalin keakraban dan mereka sudah menjawab pertanyaa-pertanyaan yang diajukan oleh guru dan menjawab dengan baik dan benar. Terbukti pada persentase rata-rata aktivitas siswa yang telah mencapai 72,33% . Hasil dari nilai prostes yang dilakukan pada siklus II, siswa yang mendapatkan nilai 100 ada dua siswi yaitu dengan nilai 100 yaitu indah dan Intan. Hal terseut ditunjang oleh aktivitas mereka yang mencapai skor 12 pada akhir pertemuan pada siklus II. Dan nilai terendahnya diperoleh siswa bernama Bayu dengan nilai 52,5.
Tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I diketahui nilai rata-rata pretest 27,75 dengan tingkat ketuntasan mencapai 0% sedangkan nilai maksimum mencapai nilai 50 dan nilai terendah yaitu 7,5 dan nilai rata-rata postest 60,25 dengan tingkat ketutasan mampu mencapai 50% dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendahnya 37,5. Sedang kan pretest pada siklus II dapat diketahui nilai rata-rata pretest 52,5 dengan tingkat ketuntasan mencapai 42,86 %, nilai tertingginya mencapai nilai 75 dan nilai terendahnya  25. Lalu nilai  rata-rata postest 72 mampu mencapai ketuntasan sebesar 75%. Maka target ketuntasan hasil belajar yang diinginkan lebih dari 70% yaitu mampu mencapai 75%  dengan nilai tertinggi sebesar 100 dan nilai terendahnya 52,5 pada siklus II. Tabel dan gambar persentase hasil belajar siklus I dan II terlampir halaman 150.
Hasil belajar siswa kelas V SDN Rama Kelandungan  pada postest siklus pertama siswa yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu siswi yang bernama Indah wulan sari yang mendapat nilai 100 yang sebelumnya nilai pretest hanya mendapatkan nilai 25. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pada hasil belajar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku. Pada siklus kedua terdapat 2 siswa yang memperoleh nilai 100 yaitu Indah wulan sari dan Intan lailal munnah, yang pada awalnya nilai pretest memperoleh nilai yang sama yaitu 65. Sedangkan siswa yang nilainya rendah pada siklus I yaitu Rizky, nilai postes siklus I mendapat nilai 37,5 dan siklus II yaitu Bayu dengan mendapat nilai 52,5. Data hasil belajar siswa terlampir halaman 146-149.
Berdasarkan penjelasan di atas dan berdasarkan analisis peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga papan berpaku mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena siswa lebih mudah memahami konsep matematika dengan mengguanakan alat peraga papan berpaku.
2.         Analisis aktivitas kegiatan pembelajaran
Hasil penelitian data presentase kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga papan berpaku mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Data persentase aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel dan gambar terlampir halaman 151. Data yang telah diperoleh dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.    Menyalin dan menggambar materi bangun datar
Aktivitas siswa ketika Menyalin dan menggambar materi bangun datar  pada siklus I ini sebesar 50,55%. Hal tersebut dikarenakan beberapa siswa yang lain masih belum termotivasi untuk belajar dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Beberapa siswa masih suka bermain-main dan mengobrol ketika guru menjelaskan materi. Untuk meningkatkan aktivitas tersebut guru senantiasa memberikan perhatian dan menegur siswa yang tidak Menyalin dan menggambar materi bangun datar serta memperhatikan siswa secara keseluruhan. Pada siklus II, aktivitas memperhatikan penjelasan guru ketika menjelaskan materi pelajaran mencapai 77,78 % dari siklus I ke siklus II ini mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu mencapai 27,23% dengan rata-rata 64,17%.
b.    Melakukan percobaan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku.
Pada siklus I aktivitas siswa dalam Melakukan percobaan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku sebesar 36,67%. Hal tersebut dikarenakan masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan guru saat mendemonstrasikan papan berpaku. Untuk mengatasi permasalahan tersebut guru menegur dan memberikan penjelasan serta menjelaskan cara kerja papan berpaku kepada siswa agar dapat melakukan percobaan dengan baik. Pada siklus ke II ini mencapai 67,78% dan mengalami peningkatan mencapai 31,11% dengan rata-rata 52,23%
c.    Siswa bersemangat dan berani maju kedepan saat melakukan percobaan membuat bangun datar pada papan berpaku
Pada siklus I aktivitas siswa bersemangat dan berani maju kedepan saat melakukan percobaan sebesar 38,89% hal ini dikarenakan masih beberapa siswa masih merasa malu dan takut untuk maju ke depan untuk melakukan percobaan. Siswa merasa tidak percaya diri untuk menjawab pertanyaan dikarenakan takut salah, dalam hal ini guru selalu memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu berani dan percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya. Sehingga pada siklus II aktivitas siswa bersemangat dan berani maju kedepan saat melakukan percobaan mencapai 67,22% aktivitas ini mengalami peningkatan mencapai 28,33% dengan rata-rata 53,06%
d.   Menanyakan materi yang belum dimengerti kepada guru
Pada siklus I aktivitas siswa bertanya kepada guru sebesar 38,89%  rendahnya aktivitas ini karena masih malu-malu untuk bertanya, mereka cenderung diam dan hanya mendengarkan meskipun kurang mengerti dengan materi yang dijelaskan oleh guru. Namun pada pertemuan-pertemuan selanjutnya siswa mulai berani bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum dimengerti. Pada siklus II aktivitas ini mencapai 43,33%, aktivitas ini mengalami peningkatan sebesar 4,44 % dengan rata-rata 41,11%.
e.    Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
Pada siklus I aktivitas siswa Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru 40,00%. hal ini dikarenakan siswa kurang memahami materi yang di jelaskan guru, untuk mengatasi hal ini guru memberikan motivasi dengan cara melakukan pendekatan  kepada masing-masing siswa dan menguatkan materi. Pada siklus II aktivitas ini mencapai 49,45%, aktivitas ini mendapatkan rata-rata 44,73% dan mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 9,45%.
Dari hasil penelitian dan penjelasan diatas, menunjukkan bahwa hasil belajar dan aktivitas siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya dengan menerapkan alat peraga papan berpaku. Peningkatan tersebut terjadi karena dengan menggunakan papan berpaku siswa lebih terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan alat peraga papan berpaku dapat menarik perhatian dan antusias siswa dam proses pembelajaran serta siswa dapat secara langsung mengamati, mencoba dan berinteraksi langsung dengan alat peraga sehingga pembelajaran lebih bermakna dan dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan persentase siswa yang telah tuntas. Alat peraga papan berpaku membantu pengajaran matematika untuk menanamkan konsep geometri seperti pengenalan bangun datar, papan berpaku guru sudah optimal dalam menerapkan alat peraga dalam pembelajaran. Akan tetapidalam alat peraga papan berpaku ini mempunyai kelemahan . diantaranya yaitu:
a.    Memerlukan waktu yang lama, karena setiap siswa secara bergantian untuk melakukan percobaan dengan menggunakan alat peraga papan berpaku.
b.    Karet yang digunakan harus banyak agar dapat dilihat oleh siswa yang duduk paling belakang.
c.    Paku harus ditancapakan dengan kuat agar saat penggunaannya tidak lepas, dan harus berhati-hati
d.   Alat peraga papan berpaku tidak dapat digunakan untuk mencontohkan bangun datar lingkaran.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan penggunaan alat peraga papan berpaku pada mata pelajaran matematika, menunjukkan bahwa aktivitas siswa dan hasil belajar mempunyai hubungan dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar ini menjadi bukti bahwa seseorang melakukan suatu kegiatan untuk mencapai hasil yangdiinginkan. Aktivitas belajar yang baik maka siswa akan belajar lebih aktif dan pada akhirnya target hasil belajar dapat tercapai. Hal ini di tunjukkan pada siswa yang mendapatkan rata-rata aktivitasnya tinggi seperti, indah yang memperoleh rata-rata 7,7 mendapatkan nilai sempurna pada postes siklus I yaitu nilai 100 dan siswa yang nilai-rata-ratanya rendah sebesar 5,3 diperoleh siswa yang bernama Andre, Bayu, Aril, Tedi Dan Vega mendapatakan nilai yang tidak tuntas pada soal postes siklus I. Pada siklus II siswa mengalami peningkatan aktivitas di setiap pertemuannya dengan rata-rata aktivitas tertinggi sebesar 12,0 yang diperoleh siswi yang bernama Indah dan disusul oleh Intan dengan perolehan nilai 11,3 dengan perolehan rata-rata aktivitas yang tinggi nilai postes kedua siswi ini mencapai nilai 100. Nilai postes terendah diperoleh Bayu karena aktivitas Bayu rendah yaitu hanya sebesar 7,3. Rata-rata aktivitas siswa terlampir halaman 145.
Dilihat dari Persentase aktivitas siklus pertama sebesar 41,00% dapat meningkatkan hasil belajar sebesar 50%. Dan pada siklus kedua, persentase aktivitas siswa mencapai 61,11% dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 75%. Karena pada siklus II hasil belajar siswa yang dikatakan tuntas belajar telah mencapai kriteria keberhasilan dalam penelitian ini, peneliti tidak merencanakan tindakan selanjutnya. Hipotesis peneliti yang berbunyi “penggunaan alat peraga papan berpaku dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDN 2 Rama Kelandungan tahun pelajaran 2018/2019.” Teruji.
E.       KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga papan berpaku dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika kelas V SDN 2 Rama Kelandungan.
1.    Penggunaan alat peraga papan berpaku dapat meningkatkan aktivitas siswa. Terbukti pada siklus I sebesar 41,00% dan pada siklus II sebesar 61,11 %. Mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 20,11%.
2.    Penggunaan alat peraga papan berpaku dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini di buktikan dengan nilai pada siklus I 60,25 dengan presentase ketuntasan belajar siswa mencapai 50% dan nilai pada siklus II sebesar 72 dengan presentase  ketuntasan  mampu mencapai 75%. Mengalami peningkatan sebesar 25%.
F.       DAFTAR PUSTAKA
Suprijono, Agus. Cooperative Learning (Teori Dan Aplikasi PAIKEM).Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2017.
Arsyad, Azhar.Media Pembelajaran.Jakarta: PT Raja Gafindo Persada, 2013.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rienika Cipta, 2009.
Mulyasa, E. Kurikulum Yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Reflika Adiatma,2009.
Indriyastuti, Indriyastuti. Matematika. Solo:PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2015.
Hasan , M.Iqbal. Pokok-pokok Materi Statistik I. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Thabroni, Muhammmad, Arif Mustafa. Belajar Dan Pembelajaran (Pengembangan Wacana Dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2013
Abdurrahman, Mulyono. Anak Bekesulitan Belajar (Teori Diagnosis, Dan Remediasinya).Jakarta: Rineka Cipta, 2012
Sujana, Nana. Cara Siswa Belajar Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru, 2010
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Jannah, Raodatul., Membuat Anak Cinta Matematika Dan Eksak Lainnya. Jogjakarta: Diva Press 2011
Sudayana, Rostina. Media Dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika.Bandung:Alfabeta,2016
-------. Media Dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika. Bandung:Alfabeta,2013
Sadirman, Sadirman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,  2012
Annisah, Siti.  Metode Pembelajran Matematika Di MI . Metro:STAIN, 2009
Sugiono, Sugiono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).Bandung: Alfabeta:2016
Arikunto, Suharsimi,Dkk.  Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2012
-------. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta: PT Rineka Cipta,2010
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008
Tusriyanto, Tusriyanto. Pembelajaran IPS di SD/MI Kajian Teoritis dan Praktis. Metro Lampung: STAIN Jurai Siwo Metro, 2014
Sanjaya, Wina.  Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Permada Media Group, 2009




























[1]  Hasil observasi pembelajaran matematika siswa  V Sdn 2 Rama Kelandungan, tanggal 28 september 2018
[2] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,( Jakarta: PT Raja Gafindo Persada, 2013), h.9
[3] Ibid.,h.250-251
[4] E. Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar,( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 248
[5]Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h.30
[6] Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Reflika Adiatma, 2009), h. 23.
[7] Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,  2012), h. 100
[8] Ibid.
[9] Siti Annisah,  Metode Pembelajran Matematika Di Mi,(Metro:STAIN, 2009), h.4
[10]  Ibid,h. 25
[11] Rostina Sudayana, Media Dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika,(Bandung:Alfabeta,2016),h.2
[12] Siti Annisah,  Metode Pembelajaran Matematika Di MI  ,(Metro:STAIN, 2009), h.30
[13] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta:Kencana Permada Media Group, 2009),h. 175
[14] Rostina Sudayana, Media Dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika,(Bandung:Alfabeta,2016),h.7
[15] Siti Annisah,  Metode Pembelajran Matematika Di MI  ,(Metro:STAIN, 2009), h.165
[16] Ibid.,h.126-127
[17]Suharsimi Arikunto,Dkk, Penelitian Tindakan Kelas, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2012),h. 16
[18] Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods),(Bandung: Alfabeta:2016),h. 197
[19] Ibid., h. 326

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RPP MATEMATIKA kelas V SD/MI materi bangun ruang

contoh RPP k13 agama dan budi pekerti/wudhu

RPP IPA KELAS V SD/MI